my destiny

My photo
.>seterusnya akan tertegak kembali khilafah atas minhaj kenabian"

Sunday 9 May 2010

KONVENSI DAN UNDANG-UNDANG INTERNASIONAL (LANJUTAN)

KONVENSI DAN UNDANG-UNDANG INTERNASIONAL (LANJUTAN)


Sedangkan Blok Timur, ia berdiri atas dasar ideologi semata hingga awal tahun 60-an pada abad yang lalu. Blok ini dipimpin oleh Rusia (Uni Soviet) dengan mengemban suatu kepemimpinan ideologis dan militer. Kepemimpinan ini kedudukannnya sama dengan dengan seorang guru yang mengampu di satu sisi, dan sebagai seorang penjaga dan komandan di sisi lain. Karenanya di antara negara Blok Timur tidak ada negara yang menyaingi Uni Soviet dalam hal kepemimpinan ideologis dan militernya. Bahkan tidak ada satu negara pun yang berani melawan politik Soviet. Jika muncul perlawanan maka akan segera dihancurkan oleh kekuatan militer jika diperlukan.


Politik dalam negeri Blok Timur semenjak era Stalin, dilaksanakan untuk memperkuat struktur negara dan menyiapkan kekuatan militer dalam posisi defensif dan ofensif sekaligus. Sedang politik luar negerinya didasarkan pada sikap tidak memberikan peluang bagi hidup berdampingan secara damai antara kapitalisme dan sosialisme.

Maka dari itu Blok Timur senantiasa memandang bahwa kapitalisme harus dijadikan musuh politik, sebab kapitalisme hakikatnya adalah musuh ideologis. Ketika terjadi Perang Dunia II, Uni Soviet bekerja sama dengan Perancis, Inggris, dan AS dalam perang dan hidup berdampingan untuk beberapa waktu. Tapi ini adalah kondisi darurat yang merupakan kondisi perkecualian. Kondisi ini tak berapa lama kemudian berakhir. Ketika perang selesai kembalilah terjadi Perang Dingin antara Uni Soviet dan negara-negara Barat, meski tetap ada kontak politik di antara mereka. Kontak politik ini terjadi di PBB, di konferensi-konferensi internasional, basa-basi diplomatik, di samping perwakilan diplomatik. Namun ini semua tidak berarti terjadi perubahan pada politik komunisme yang mendasar, melainkan hanya taktik dari sekian taktik-taktik politik.


Sedangkan politik komunisme terhadap Blok Barat pada dasarnya berasal dari ide yang melandasi Uni Soviet itu sendiri. Hal itu karena dalam ideologi komunisme terkandung prinsip bahwa kapitalisme dan sosialisme tidak mungkin hidup berdampingan secara damai, dan bahwa salah satunya pada akhirnya haruslah mengalahkan yang lain. Semua buku-buku komunisme mengatakan adanya kemustahilan untuk menghindarkan diri dari konflik di antara kedua ideologi tersebut. Inilah di antara pendapat yang dipegang oleh Lenin dan Stalin. Keduanya tidak berbeda pandangan dalam masalah ini. Dan semua buku-buku komunisme sepakat atas ide ini. Tidak ada peluang bagi siapapun dari kalangan politisi komunis, baik penguasa maupun bukan, untuk menjalankan politik hidup berdampingan secara damai antara kapitalisme dan sosialisme, sebab ini akan dianggap keluar dari ide komunisme dalam politik luar negeri.


Itulah fakta yang ada pada kedua blok dari segi ideologi, politik, dan internasional. Namun sejak tahun 1961 telah terjadi perubahan pada dua blok secara internasional yang menyebabkan perubahan kedudukan keduanya secara signifikan. Ini menyebabkan pula terjadinya perubahan posisi internasional. Hal itu karena sejak paruh kedua dekade ke-enam, yaitu tepatnya sejak 1957, telah mulai terjadi adanya berbagai gerakan dan geliatan di kedua blok yang berkembang sedikit demi sedikit. Ini sampai menyebabkan terjadinya disintegrasi pada dua blok secara total, sehingga dua blok akhirnya menjadi dua negara : AS dan Uni Soviet. Kedua negara ini tidak mempertimbangkan lagi sedikit pun negara-negara lain dalam kedua blok masing-masing.


Dalam blok Komunis, negara komunis tidak berdiri di atas dasar nasionalisme, melainkan atas dasar ideologi. Artinya, negara komunis didirikan atas dasar prinsip untuk menjadi negara komunis di seluruh dunia dan bagi seluruh dunia. Prinsip ini mengharuskan dua hal. Pertama, negara komunis harus terus dalam keadaan siap siaga di dalam negeri, melakukan persiapan serius untuk kekuatan ekonomi dan kekuatan militer dalam rangka penyebaran komunisme. Ini menuntut tekanan yang berat secara terus menerus atas bangsa komunis dari segi politik dan segi ekonomi. Maka dari itu, negara komunis akan tetap menjadi mimpi buruk yang berat atas bangsa Rusia. Mereka selalu tidak mendapatkan kebutuhan penyempurna dalam aspek ekonomi, bahkan juga tidak menikmati sebagian kebutuhan primer. Semua itu adalah demi penyebarluasan sosialisme di dunia. Kedua, negara komunis harus terus berada dalam kondisi permusuhan yang permanen terhadap semua negara-negara Barat sebagai negara-negara kapitalis liberal, mengobarkan Perang Dingin secara terus menerus terhadap mereka, dan mempersiapkan diri untuk terjun dalam perang defensif setiap waktu. Inilah yang menyebabkan dunia menjadi dua blok yang saling bermusuhan secara terbuka. Kondisi ini dapat menyeret kedua blok itu dalam perang yang sesungguhnya setiap saat.


Cacat-cacat dalam ideologi komunisme yang bertumpuk-tumpuk ini tidak memungkinkan para penganutnya untuk terus mengembangkan teori-teorinya sampai sempurna. Oleh karena itu pada akhir tahun 50-an abad yang lalu, muncul aliran baru dalam pemerintahan yang mengambil interpretasi baru terhadap ideologi komunisme yang sesuai dengan kepentingan-kepentingan Rusia. Interpretasi itu lebih dekat pada interpretasi nasionalistik daripada interpretasi komunistik. Di bidang politik dalam negeri, mereka membuat keterbukaan bagi rakyat dari segi politik dan ekonomi. Mereka mengurangi tekanan atas rakyat dan memberi toleransi kepada mereka secara bertahap untuk memperoleh barang-barang konsumtif. Dalam politik luar negeri, mereka mencoba melakukan pendekatan dengan AS dan membangun hubungan yang lebih erat dengan AS. Antara Uni Soviet dan AS lalu terjali kontak-kontak rahasia untuk menyepakati pencegahan perang di antara keduanya. Kemudian bidang-bidang kontak ini makin meluas hingga meliputi semua masalah-masalah internasional yang memungkinkan adanya perselisihan di antara keduanya.


Ketika kontak-kontak ini sudah matang, diadakanlah pertemuan penting antara Kruschev dan Kennedy pada bukan Juni 1961. Dalam pertemuan itu tercapai kesepakatan yang menyeluruh atas semua masalah-masalah internasional. Dengan demikian, Uni Soviet telah melepaskan ide penting dalam politik internasional, yaitu ide permusuhan permanen antara komunisme dengan kapitalisme. Uni Soviet telah menganut ide hidup berdampingan secara damai dalam pengertian yang ada menurut ideologi kapitalisme.


Adapun Blok Kapitalis, AS telah memahami bahwa Inggris telah bergerak untuk menentangnya dan mencoba menyainginya untuk mendapatkan rampasan perang. AS juga memandang bahwa kondisi Perang Dingin antara Blok Timur dan Blok Barat adalah kondisi yang menguras kekuatannya. Kondisi ini bukanlah perang yang mengharuskan prioritas persiapan-persiapan militer daripada pertumbuhan ekonomi. Ia bukan pula kondisi damai sehingga pertumbuhan ekonomi lebih diprioritaskan daripada persiapan militer. Perang Dingin merupakan kondisi antara perang dan damai yang menghabiskan dana yang besar milik negara dalam rangka persiapan militer untuk sesuatu yang ilusif (tidak jelas), yaitu untuk perang yang tidak diketahui kapan terjadinya. Di samping itu AS telah menyadari bahwa Inggrislah yang menyulut dan mengobarkan Perang Dingin ini dan bahwa tujuannya adalah agar AS terus berada dalam kondisi yang menguras segala kekayaan dan potensinya. Selanjutnya AS diharapkan akan melemah secara perlahan-lahan dan pada saat itulah akan terjadi gangguan dalam keseimbangan internasional. AS telah menyadari bahwa kepentingannya adalah melakukan pendekatan dengan Uni Soviet (komunis) untuk melawan Inggris (kapitalis). Dan karena cacat-cacat dalam ideologi kapitalisme juga bertumpuk-tumpuk, juga karena pragmatisme merupakan priorotas nilai tertinggi menurut kaum kapitalis dalam arti tidak ada nilai yang tetap bagi mereka --yang ada hanya keserakahan di balik keuntungan materi-- maka ini semua menjadikan AS berusaha mempersempit celah perbedaan antara AS dan Uni Soviet. AS juga berupaya untuk bersama Uni Soviet melakukan berbagai perundingan-perundingan.


Hal ini terjadi sejak paruh kedua dekade ke-6 abad yang lalu. Yaitu semenjak era Eisenhower dan sebelum masa Kennedy. Ketika Kennedy berkuasa, dia segera memulai menyempurnakan langkah pendekatan antara AS dan Uni Soviet. Hanya setahun setelah Kennedy berkuasa dalam pemerintahan, terjadilah pertemuan di Wina pada bulan Juni 1961 antara Kennedy dan Kruschev. Dalam pertemuan itu teradi kesepakatan menyeluruh atas segala masalah-masalah internasional yang berpotensi menimbulkan perselisihan di antara keduanya.


Dengan demikian, AS juga telah melepaskan ide penting yang telah dianutnya selama hampir setengah abad, yaitu ide menghancurkan komunisme dan menghapuskannya dari peta dunia. AS mulai mendekati Uni Soviet dengan konsep yang dinamakan hidup berdampingan secara damai. Hal ini terus berlangsung sampai lebih dari dua dekade hingga Reagan memegang kepemimpinan AS pada tahun 80-an. Saat itu Reagan menghidupkan kembali program untuk menghancurkan Uni Soviet.


Walhasil, kepentingan dua pemimpin blok tersebut telah menyepakati untuk mempertahankan AS dan Uni Soviet sebagai pengambil inisiatif secara internasional dan mencegah menonjolnya suatu negara selain kedua negara itu. Nampak bahwa kedua negara tersebut telah menyepakati politik pembendungan Cina, mengeluarkan Inggris dari negara-negara jajahannya, mencabut pengaruhnya dari Timur Tengah, dan mencegah Jerman untuk kembali lagi menjadi negara nuklir. Kemudian keduanya sepakat pula untuk hidup berdampingan secara damai, atau apa yang disebut sebagai “detente” (peredaan ketegangan AS-Uni Soviet). AS dan Uni Soviet menyepakati pula untuk tidak menggunakan kekuatan militer dalam pemecahan masalah di antara keduanya, menyepakati pembagian dunia di antara keduanya, membatasi wilayah-wilayah pengaruh keduanya, dan sejauh mana kewajiban saling membantu dalam wilayah pengaruhnya. Dengan kata lain, AS dan Uni Soviet menjadi dua sekutu yang membentuk kekuatan internasional yang satu. Dengan seluruh kesepakatan tersebut berubahlah kondisi dunia dan posisi internasional.


Adapun yang berkaitan dengan posisi internasional, dunia tidak lagi menjadi dua blok yang saling bersiang secara politik dan ekonomi. Tidak lagi pula ada pertukaran hubungan di antara keduanya untuk memecahkan banyak problem sebagaimana sebelum tahun 1961. Dunia hanya menjadi dua blok secara ideologi. Sebab ideologi komunisme tetap ada pada masa itu yang termanifestasikan pada negara-nehgara komunis. Ideologi kapitalisme termanifestasikan pada negara-negara kapitalis. Dua idelogi ini tidak mungkin dikompromikan di antara keduanya. Jadi dua negara itu dari segi ini menjadi dua blok tanpa keraguan lagi.


Adapun dari segi internasional, dua blok ini sebenarnya telah hilang. Dunia seluruhnya telah menjadi satu kekuatan yang terwujud dalam negara AS dan Uni Soviet. Hanya dua negara besar inilah yang mendominasi dunia, meski AS tetap berada di depan dalam posisi negara pertama.


Atas dasar itu, dua blok yaitu Blok Timur dan Blok Barat telah hilang. Tidak ada lagi blok-blok internasional di dunia. Posisi internasional telah berubah secara fundamental dan kembali seperti keadaan sebelum Perang Dunia I. Artinya, dunia telah menjadi negara-negara yang berdiri sendiri-sendiri yang masing-masingnya berusaha mencari rampasan perang dan melemahkan negara lainnya. Gesekan (friksi) yang terjadi adalah antara satu negara dengan negara lain, bukan antara satu blok dengan blok lain.


Perbedaan kondisi pada masa detente setelah pertemuan Wina dengan kondisi sebelum Perang Dunia I, bahwa posisi internasional telah didominasi oleh dua negara besar sedang negara-negara lain berupaya untuk menghindarkan dari dari kejahatan dua negara tersebut. Negara-negara lain itu juga berusaha membentuk suatu perhimpunan yang membentuk satu kekuatan untuk menghadapi dua negara tersebut. Ini berbeda degan kondisi sebelum Perang Dunia I. Waktu itu negara-negara adidaya mempunyai kekuatan yang hampir sama, meskipun negara pertama lebuh kuat dibandingkan dengan semua negara lainnya. Kekuatan yang hampir sama inilah yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan kekuatan dan perselisihan yang tajam untuk mendapatkan rampasan perang. Ini menyebabkan meletusnya Perang Dunia I.


Adapun pada masa detente, kekuatan dua negara (AS dan Uni Soviet) secara total lebih unggul secara berlipat ganda dibanding negara manapun di dunia. Bahkan kekuatan keduanya melampaui kekuatan seluruh negara di dunia. Maka dari itu, tidak muncul perang dunia yang besar dalam arti yang telah dikenal sebelumnya. Bahkan tidak ada potensi pada gabungan negara-negara lain untuk menimbulkan friksi yang bisa meletuskan perang dunia. Seperti itu pula kondisi posisi internasional antara masa detente dan kondisi sebelum Perang Dunia II. Sebelum Perang Dunia II terdapat negara-negara yang terpisah-pisah, meskipun mereka berbentuk front-front. Tapi bagaimana pun juga berbagai kekuatan yang ada adalah hampir sama pada awalnya. Lalu terjadilah gangguan dalam keseimbangan internasional. Sebab Jerman, Italia, dan Jepang kekuatannya semakin bertambah.


Sementara Perancis dan Inggris tidak menguat. Sedang AS masih berada dalam isolasinya. Gangguan dalam keseimbangan internasional inilah yang menyebabkan bergeraknya Italia, Jerman, dan Jepang. Semua bergerak masing-masing untuk mengambil negeri-negeri dengan jalan perang. Hal itu secara berturut-turut menimbulkan friksi yang kuat yang akhirnya meletuskan Perang Dunia II. Ini berbeda denga kondisi pada masa detente, sebab posisi internasional terwujud dalam dua negara raksasa dan kesepakatan di antara keduanya. Itu adalah suatu kondisi yang tidak mentolerir munculnya konflik internasional yang akan dapat menimbulkan perang dunia. Yang ditolerir hanyalah konflik sebagian negara dengan kedua negara tersebut (AS dan Uni Soviet), atau konflik sebagian negara dengan sebagian negara lain. Meski konflik yang semacam ini menghasilkan perang regional, namun kekuatan dua negara raksasa sudah cukup untuk memadamkan perang jika keduanya berkehendak.


Tetapi politik detente yang dimulai tahun 1961 antara AS dan Uni soviet bukan berarti akhir dari pertarungan komunisme dengan kapitalisme. Politik detente itu mempunyai berbagai justifikasi dan sebab-sebabnya sendiri. Kedua pihak telah terkuras oleh perang dingin dan persiapan militer untuk sesuatu yang tidak jelas : apakah akan terjadi perang atau tidak. Keduanya lalu beralih pada detente (peredaan ketegangan) di antara keduanya, membagi dunia, agar masing-masing mempunyai kesempatan untuk mengurusi masalah-masalah dalam negerinya. Dengan berakhirnya Perang Vietnam, detente mulai hilang urgensinya. Perancis telah keluar dari negara-negara jajahannya dan kembali ke Eropa untuk memperkuat Eropa. Sedang Inggris telah merasakan kelemahannya dan mulai berusaha memperkuat Eropa untuk menyelamatkan apa yang masih dapat diselamatkannya. Uni Soviet telah menjadi kekuatan militer strategis yang sangat besar, yang dengan nyata menunjukkan keunggulan dalam Perang Angkasa Luar (Star Wars). Uni Soviet pun mampu meluaskan eksistensinya di wilayah-wilyah yang jauh dari wilayah vitalnya sehingga menjadi kekuatan dunia yang berpengaruh.


Mulailah muncul serangan terhadap politik detente dari sebagian besar kelompok politisi dari kelompok kanan dan liberal. AS pun mulai melepaskan diri dari detente. Hal ini terpulang pada sebab bahwa Uni Soviet telah membangun suatu kekuatan dahsyat yang destruktif dan masssal di bawah payungnya. Hal ini telah mengusik AS dan menjadi sumber bahaya baginya. Era keamanan AS yang absolut telah berakhir. Keamanan telah menjadi sesuatu hal yang didasarkan pada sikap saling preventif, yakni atas dasar pengaitan nasib satu negara dengan nasib negara lainnya. Di antara efek-efek samping dari hal ini, negara-negara Eropa telah memisahkan diri dari AS, dan mulai melakukan langkah politik yang lepas dari AS dalam interaksinya dengan Uni Soviet. Inilah yang membuat Kissinger menyebut tahun 1973 sebagai “tahun Eropa”. Hal itu karena dengan datangnya tahun 1973, yakni tahun ditandatanganinya kesepakatan Paris seputar masalah Vietnam, AS dan Uni Soviet telah mengeluarkan Perancis dari sebagian besar wilayah jajahannya. AS dan Uni Soviet juga telah memaksa Inggris untuk melepaskan pangkalan-pangkalan militernya di seluruh dunia. Keduanya juga telah mengeluarkan Inggris dari banyak wilayah jajahannya, dan juga telah membendung Cina. Dengan demikian, detente telah kehilangan justifikasi-justifikasinya.


Tidak diragukan lagi AS telah keluar dari detente sebagai kekuatan militer besar yang lebih kuat daripada sebelumnya. Demikian pula AS telah mempunyai pengaruh politik yang signifikan disebabkan keluarnya Inggris, Perancis, dan Belanda dari jajahan-jajahannya dan menggantikan kedudukannya. Karena itu detente telah mencapai tujuannya bagi AS. Ini tidak berarti detente tidak ada efek-efek negatifnya. Tetapi efek-efek negatifnya tidak dapat dibandingkan dengan efek-efek positifnya bagi AS. Akan tetapi pada tahun 1973 justufikasi-justifikasi detente telah hilang. AS melakukan evaluasi untuk menghentikan efek-efek negatif yang dihasilkan dari politik detente itu. AS lalu menetapkan prioritas-prorititas kerjanya, yaitu : membatasi perluasan pengaruh Uni Soviet yang telah mencapai wilayah-wilayah yang jauh agar menjadi terbatas pada wilayah-wilayah vitalnya, menguras perekonomian Uni Soviet, dan mengembalikan Eropa agar berada kembali di bawah payung AS.


Mengenai perluasan pengaruh Uni Soviet di luar wilayah vitalnya, sebenarnya itu sangat rapuh disebabkan oleh rapuhnya ekonomi Uni Soviet itu sendiri. Adalah mudah untuk menghentikannya kapan saja. Tetapi pengaruh itu memberikan kepada Uni Soviet hak bekerjasama dalam masalah-masalah internasional. Ini tidak dilihat oleh AS. AS memandang bahwa dalam politik detente itu terkandung jalan untuk membendung Uni Soviet, bukan jalan untuk menjadikannya sekutu. Karena itu AS melihat adanya keharusan untuk mengeluarkan Uni Soviet dari wilayah-wilayah pengaruhnya di luar wilayah vitalnya.


Mengenai upaya menguras Uni Soviet secara ekonomi, AS melihat bahwa terjun dalam perlombaan senjata dengan Uni Soviet akan dapat menguras ekonominya dan akan menjerumuskannya ke dalam kehancuran. Ini dimulai pada akhir tahun 70-an pada masa Carter. Tetapi perlombaan senjata semakin gencar dan menjadi peristiwa yang meninjol di era pemerintahan Reagan. Reagan-lah yang mengobarkan perlombaan senjata. Reagan lalu menjalankan program yang telah dibuat pendahulunya (Carter), dan yang terpenting adalah peluru kendali (rudal ) MX portabel. Reagan menambah program itu dengan mengadopsi program pertahanan strategis, atau perang bintang. Strategi ini mengharuskan penggunaan teknologi untuk mewujudkan benteng pelindung dari rudal-rudal musuh. Ini membuat Uni Soviet berilusi bahwa arsenal-arsenal nuklirnya tidak akan bisa efektif bekerja pada saat terjadi perang nuklir. Ini artinya, terjadi ketidakseimbangan kekuatan, yang akan mendorong AS untuk melancarkan perang nuklir. Inilah yang mendorong Uni Soviet untuk mencoba mengembangkan sistem pertahanannya. Hal itu dalam perhitungan pendapatan yang ada, tidak memungkinkan Uni Soviet untuk berlomba dalam bidang persenjatan ofensif (untuk menyerang). Oleh karena itu, terjadi perpindahan perlombaan dari pengembangan senjata-senjata penyerangan menjadi senjata-senjata pertahanan. Strategi Reagan membuat sistem pertahanan, atau perang bintang, meskipun memperoleh sebagian kemajuan pada awalnya, tetapi tidak sampai mencapai teknologi yang mampu membangun benteng rudal tersebut. Telah terbukti secara ilmiah bahwa hampir mustahil untuk mendapatkan pelontar sinar laser yang mampu mengarahkan sinar laser dengan kekuatan yang tepat untuk menghancurkan rudal-rudak antar benua ketika masih ada di angkasa sebelum kembali ke wilayah vitalnya. Tapi Reagan mengumumkan telah mengadopsi program pertahanan ini meskipun teknologinya tidak mencapai tahap-tahap kemajuan dalam perkembangannya. Reagan mampu membingungkan Uni Soviet dan menjerumuskannya dalam perlombaan senjata baru yang sama sekali tidak akan mampu ditanggung oleh perekonomianya yang rapuh. Meskipun strategi perang bintang ini menyalahi perjanjian yang ditandatangani AS dan US tahun 1972 yang berkaitan dengan rudak anti-rudal, tapi Reagan terus bersikeras bahwa programnya tidak bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sebagai suatu jalan untuk menjustifikasi posisi tersebut di hadapan Uni Soviet. Dapat dikatakan bahwa Reagan melakukan hal itu untuk mengakhiri rambu-rambu politik detente.


Langkah-langkah Reagan ini membuat Uni Soviet masuk ke dalam perlombaan senjata baru, meskipun kali ini adalah untuk mengembangkan sistem pertahanan, bukan sistem penyerangan. Itu dimaksudkan untuk menguras ekonomi Uni Soviet dan mendorongnya untuk kembali ke wilayah-wilayah vitalnya yang telah disepakati dalam kesepakatan 1961 di Wina, atau bahkan mendorongnya hingga Uni Soviet runtuh.


Adapun Eropa yang sibuk pada masa detente untuk melepaskan diri dari hegemoni AS, maka para pengamat AS telah memantau langkah-langkah mereka dalam rangka menarik Eropa kembali di bawah payung AS, setelah sebelumnya Eropa hampir saja lepas dari payung ini sejak tahun 1973 yang disebut Kissinger sebagai tahun Eropa. Pada tahun itu negara-negara Eropa berulang kali menyatakan bahwa kepentingan Eropa bukanlah kepentingan AS. Eropa pun mulai melepaskan dirinya untuk masuk ke dalam perang bersama AS untuk membela kepentingan AS semata. Maka AS pada tahun 1982 menyebarkan rudal-rudal jarak sedangnya seperti Pershing dan Cruise di Eropa dengan dalih bahwa Uni Soviet telah menyebarkan rudal-rudal jarak menengahnya di Eropa setelah menolak menghancurkannya. Dengan demikian AS telah mengikatkan keamanan negara-negara Eropa dengan keamanan dirinya dengan dalih membela Eropa. AS telah mengikat nasib Eropa dengan nasib AS dalam suatu ikatan yang tidak mampu dilepaskan oleh Eropa.


Dengan kemenangan Reagan untuk masa jabatan keduanya, Gorbachev pada tahun 1985 menjadi pemimpin Uni Soviet. Pada saat Gorbachev memegang kekuasaan, Uni Soviet hanya bisa mengalami kekalahan demi kekalahan dari AS. Dengan demikian Uni Soviet menjadi sempoyongan menuju jalan kehancuran. Maka dari itu Reagan yakin ketika ditanya --saat meninggalkan Gedung Putih— mengenai apa yang dia yakini sebagai kesuksesannya yang terbesar,”Mereka mengatakan, saya memenangkan perang bintang.”


Walhasil, telah terjadi perubahan mendasar terhadap posisi internasional bersama mundurnya Reagan dari Gedung Putih di mana politik detente telah berakhir total dan Uni Soviet menjadi terhuyung-huyung karena terjerumus dalam perlombaan senjata dan terkuras ekonominya. Lebih-lebih lagi telah muncul perlawanan dari pihak-pihak oportunis dan kelompok-kelompok oposisi Soviet. AS melancarkan serangan media internasional dengan memerangi ideologi Soviet yang berarti bahwa bagi AS tidak ada lagi apa yang dinamakan detente. Bahkan AS melancarkan serangan politik, ekonomi, dan ideologi terhadap Uni Soviet yang mengakibatkan turunnya pengaruh Uni Soviet, atau melemahkan upaya Soviet untuk menancapkan pengaruhnya di luar wilayah vitalnya. Serangan itu juga mengakibatkan kemunduran ekonomi Soviet di dalam negeri, di samping munculnya front-front oposisi terhadap politik Soviet di dalam Uni Soviet dan Blok Timur secara umum dan selanjutnya terjadi pula di seluruh dunia. Hal itu terus berlangsung hingga runtuhnya Uni Soviet pada awal tahun 90-an pada abad yang lalu. AS kemudian menjadi negara pertama tanpa pesaing yang menyamainya seperti halnya sebelumnya.


Ringkasnya, kondisi berbagai negara di dunia yang mengalami perubahan adalah sebagai berikut : dunia pada masa lampau didominasi oleh Daulah Utsmaniyah, Prusia, Rusia, Austria, Inggris, dan Perancis. Negara-negara inilah yang dahulu mengendalikan berbagai urusan dunia, mengancam perdamaian, dan memutuskan perang. Kemudian lahir AS lalu ia mengisolasi dari dari negara-negara tersebut dan menjadikannya hanya berada di Dunia Lama, sehingga negara-negara lain pun jauh pula dari AS. Austria kemudian tidak dianggap lagi sebagai negara adidaya sehingga negara adidaya di dunia ada lima : Rusia, Jerman, Inggris, Perancis, dan Daulah Utsmaniyah. Lalu Daulah Utsmaniyah runtuh sehingga negara-negara adidaya yang menguasai dunia adalah Rusia, Jerman, Perancis, dan Inggris. Kemudian setelah Perang Dunia I Rusia mengisolasi diri dengan berdirinya negara komunisme di dalamnya dan berkuasanya partai komunis dalam pemerintahan. Jerman juga jatuh setelah kekalahannya di Perang Dunia I. Jadi negara adidaya lalu menjadi hanya dua, yaitu Inggris dan Perancis. Inggris-lah yang mengendalikan dunia secara keseluruhan, kecuali AS. Perancis tetap ambisius di belakang Inggris.


Pada awal dekade ke-4, yaitu pada tahun 1933, partai Nazi memegang kekuasaan di Jerman dan berusaha untuk meningkatkan martabat bangsa Jerman hingga kembali menjadi negara adidaya. Beberapa saat sebelum itu, Mussolini juga meraih kekuasaan di Italia dan berupaya untuk meningkatkan martabat Italia hingga kembali menjadi negara adidaya. Muncul pula bintang Jepang dan pengaruhnya meluas setelah menjadi negara industri sehingga Jepang lalu dianggap negara adidaya. Sementara itu Uni Soviet semakin kuat dan mempunyai eksistensi internasional dan kembali menjadi negara adidaya. Walhasil negara adidaya ada enam : Uni Soviet, Jerman, Inggris, Perancis, Italia, dan Jepang. AS masih tetap berada dalam isolasinya.


Setelah Perang Dunia II, Jerman, Italia, dan Jepang dikalahkan dan lemahlah kekuatan tiga negara ini. Di samping itu keluarlah AS dari isolasinya dan segera turut campur dalam urusan-urusan dunia dan mempertahankan Ingris dan Perancis agar tetap dianggap dua negara adidaya. Maka negara adidaya ada empat, yaitu Uni Soviet, Ingris, Perancis, dan AS. Kemudian setelah kesepakatan Uni Soviet dan AS pada tahun 1961 Inggris dan Perancis tidak dianggap lagi sebagai dua negara adidaya. Dengan demikian negara adidaya menjadi dua : Uni Soviet dan AS. Dengan kesepakatan keduanya, AS dan Uni Soviet menjadi satu kekuatan dan dunia menjadi satu kekuatan besar yang terbentuk dari dua negara tersebut. Tidak ada negara adidaya yang menguasai dunia selain kedua negara tersebut hingga beberapa saat menjelang ambruknya Uni Soviet.


Dengan naiknya Gorbachev sebagai pemimpin Uni Soviet tahun 1985, atau menjelang kemenangan Reagan untuk masa jabatan keduanya, Uni Soviet mulai mengalami kekalahan demi kekalahan dari AS. Dengan demikian Uni Soviet menjadi sempoyongan menuju jalan kehancuran. Maka dari itu, benarlah Reagan ketika ditanya --pada saat ia meninggalkan Gedung Putih— mengenai apa yang dia yakini sebagai keberhasilan utmanya sebagai presiden, Reagan menjawab,”Mereka katakan, saya telah memenangkan perang bintang.” Inilah yang mengembalikan dominasi satu negara adidaya terhadap posisi internasional. Uni Soviet tidak lagi dianggap sebagai negara adidaya. Kemudian Uni Soviet mengalami disintegrasi dan Rusia mewarisi potensi dan kekuatan Uni Soviet sebagai negara adidaya. Hanya saja Rusia menderita kebangkrutan politik, kehilangan identitas ideologis, di samping mengalami problem-problem internal seperti ekonomi dan politik akibat penerapan komunisme. Inilah yang menyebabkan pudarnya pengaruh Rusia terhadap politik internasional.


Dengan demikian, AS menjadi satu-satunya kekuatan adidaya di dunia, yakni negara pertama yang mampu mengendalikan irama politik internasional tanpa ada pesaing atas kedudukannya ini. Meskipun tiga serangkai negara Eropa (Perancis, Inggris, Jerman) telah dan akan mencoba memasuki medan persaingan, sebagaimana pada saat pendudukan Irak tahun 2003 dan saat pertemuan mereka untuk mewujudkan satu kekuatan militer Eropa yang independen dari NATO pada tahun yang sama, dan perdebatan mereka mengenai rencana AS di Timur Tengah yang disampaikan dalam KTT negara-negara G-8 Juni 2004, akan tetapi itu bukanlah upaya yang dapat dianggap sebagai persaingan terhadap kedudukan negara pertama, dalam pengertian yang telah dikenal. Itu hanyalah upaya untuk bekerja sama dengan AS yang hanya dapat mempengaruhi politik internasional dalam kadar tertentu.


Inilah kondisi yang ada hingga saat ini. Hendaklah dipahami bahwa negara yang mengendalikan dunia sepanjang sejarah adalah negara adidaya terutama negara pertama, bahwa negara adidaya kadang bisa melemah dan digantikan posisinya oleh negara-negara lain sehingga mengubah posisi internasional, bahwa perubahan kondisi internasional inilah yang akan mengubah bentuk hubungan antar negara adidaya dan melahirkan perbedaan dalam kekuatan dan kelemahan antara kondisi negara pertama dengan negara-negara lain yang menyainginya. Ini semua mengakibatkan posisi negara pertama akan dapat melemah sebagaimana terjadi pada Inggris ketika disaingi oleh Jerman, atau dapat pula menguat sebagaimana terjadi pada AS ketika memukul pengaruh Ingris dan Perancis serta mempertahankan pengaruh internasional bagi AS dan Uni Soviet setelah pertemuan Wina, atau dapat pula negara pertama menjadi tanpa pesaing atas kedudukannya seperti yang terjadi setelah runtuhnya Uni Soviet. Maka dari itu, semua ini harus dipahami secara mendalam dan mengikuti perkembangannya hingga dimungkinkan untuk memahami politik internasional dengan baik (BERSAMBUNG).
!

No comments: