my destiny

My photo
.>seterusnya akan tertegak kembali khilafah atas minhaj kenabian"

Sunday 9 May 2010

POLITIK : KONSEP DAN METODE

POLITIK : KONSEP DAN METODE


Konsep (fikrah) yang mendasari politik suatu negara adalah pemikiran yang menjadi asas hubungan negara itu dengan berbagai bangsa dan negara lain. Negara-negara yang tidak mempunyai
suatu ideologi yang dianut, konsepnya akan berbeda-beda dan
bermacam-macam yang berpotensi untuk berubah. Negara-negara semacam ini
lebih cocok dibahas dari segi garis dan strategi politik. Tidak cocok
dibahas dari segi konsep politik.

Adapun negara-negara yang menganut suatu ideologi, konsepnya (fikrah) akan tetap dan tidak berubah-ubah, yaitu menyebarluaskan ideologi yang dianutnya ke seluruh dunia dengan suatu metode (thariqah) yang tetap, meskipun strateginya berbeda-beda dan berubah-ubah. Negara semacam ini cocok dibahas dari segi konsep politik.


Berdasarkan hal ini, berbagai negara yang ada di dunia wajib dilihat atas dasar pertimbangan bahwa setiap negara mempunyai konsep mendasar untuk
melakukan hubungan dengan bangsa dan negara lain, baik konsep yang
tetap maupun tidak tetap, serta mempunyai metode khusus untuk
menerapkan konsep tersebut, baik metode yang tetap maupun tidak tetap.

Berdasarkan konsep dan metode itulah, dirancang berbagai garis politik dan dijalankan berbagai strategi politik sedemikian rupa sehingga mendukung
tercapainya tujuan. Akan tetapi negara-negara yang ada di dunia saat
ini telah membebaskan dirinya dalam membuat strategi politik, sehingga
mereka menjalankan strategi yang dapat mewujudkan tujuan meskipun
menyalahi konsep dasarnya. Negara-negara tersebut telah mempraktikkan
kaidah "tujuan menghalalkan segala cara" (the end justifies the means).

Bagaimana pun juga keadaannya, seluruh negara telah merancang garis-garis politik (al-khiththah al-siyasiyah) yang berubah-ubah sesuai kebutuhan, serta menjalankan strategi-strategi politik (al-asalib al-siyasiyah) yang berbeda-beda dan bermacam-macam sesuai dengan situasi.

Negara-negara dalam aktivitas politiknya tiada lain adalah melakukan pengaturan kepentingan-kepentingan umat serta mengadakan hubungan dengan umat
lainnya berdasarkan kepentingan-kepentingan umat tersebut. Namun
demikian berbagai negara tersebut berbeda secara mendasar dalam
melakukan aktivitas politiknya. Sebab negara yang tidak mengemban suatu
ideologi tertentu, akan menjadikan kepentingan (maslahat, interest)
sebagai satu-satunya faktor yang mempengaruhi hubungan
internasionalnya. Adapun negara yang menganut sebuah ideologi dan
mengembannya ke seluruh dunia, akan menjadikan ideologi sebagai faktor
determinan dalam hubungan internasionalnya.

Karena itu, sebuah negara harus dikenali dari segi pemikiran-pemikiran yang dianutnya, apakah negara itu menganut sebuah ideologi atau tidak? Pada
saat itulah akan dapat dikenali faktor-faktor yang mempengaruhi
hubungan internasionalnya. Mengingat ideologi adalah hal yang akan
berpengaruh terhadap negara yang menganutnya, yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap hubungan internasional dan posisi
internasionalnya, maka harus diketahui ideologi-ideologi yang memimpin
dunia saat ini. Harus diketahui pula kadar pengaruh setiap ideologi
terhadap politik internasional saat ini, serta sejauh mana kemungkinan
pengaruhnya terhadap politik internasional di masa sekarang dan di masa
mendatang. Pada saat itulah akan dapat dipahami hubungan-hubungan
internasional berdasarkan ideologi-ideologi ini dan sejauh mana
pengaruhnya saat ini dan yang akan datang.

Jika kita perhatikan, dunia saat ini dipimpin oleh tiga ideologi saja; yaitu Islam, komunisme, dan kapitalisme. Masing-masing ideologi ini dianut
oleh ratusan juta jiwa manusia. Hanya saja sekarang Islam tidak
mempunyai negara. Maka dari itu, kita tidak akan menjumpai eksistensi
apa pun dari Islam dalam hubungan internasional dan tidak juga dalam
posisi internasional yang memimpin dunia saat ini. Adapun
aktivitas-aktivitas yang dilakukan berbagai negara untuk menghalangi
kembalinya negara Islam dalam realitas kehidupan --setelah geliat umat
dirasakan oleh segenap umat Islam-- tidak ada hubungannya dengan posisi
internasional dan juga tidak berpengaruh terhadap hubungan
internasional. Sebab pengaruh terhadap posisi internasional dan
hubungan internasional menuntut keberadaan sebuah negara yang mengemban
Islam sebagai ideologi yang akan mengendalikan -berdasarkan ideologi
itu-- politik dalam dan luar negeri dari negara tersebut.

Mengenai orientasi politik internasional yang menarik perhatian, khususnya dari Amerika Serikat (AS), untuk mencoba membentuk kawasan Islam dengan
rencana-rencana hegemonik terhadapnya, semisal Rencana Timur Tengah Raya
pada tahun 2004, maka itu adalah akibat kekhawatiran yang terus menerus
meningkat di negara-negara kawasan tersebut karena diprediksi sebuah
negara bagi kaum muslimin akan segera berdiri. Itu bukan berarti Islam
berpengaruh terhadap politik internasional dalam pengertian yang yang
telah dikenal sebagaimana kalau Islam mempunyai sebuah negara secara
nyata.

Sedangkan dua ideologi lainnya, masing-masing mempunyai sebuah negara atau banhkan banyak negara. Karena itulah kedua ideologi itu mempunyai
pengaruh terhadap hubungan internasional, posisi internasional, dan
politik internasional, khususnya ketika Uni Soviet masih ada sebelum
keruntuhannya. Di antara pengaruh kedua ideologi tersebut adalah
terbaginya dunia menjadi dua blok, yaitu Blok Timur dan Blok Barat.
Tetapi setelah runtuhnya Uni Soviet dan terpecah belahnya Pakta
Warsawa, berakhirlah politik dwi-kutub (bipolar) di dunia.
Ideologi komunisme tidak lagi diterapkan di sebuah negara walaupun
sekedar formalitas, kecuali di Cina dan Korea Utara. Dengan demikian,
berakhirlah konflik yang semula berskala internasional menjadi regional
setelah itu. Sebab dengan runtuhnya Uni Soviet, konsep sosialisme tidak
lagi berpengaruh terhadap politik internasional. Hal itu terpulang pada
fakta bahwa konsep yang mendasari politik luar negerinya, yaitu
penyebaran komunisme, tidak lagi diterapkan. Adapun negara-negara yang
tetap mengemban ideologi komunisme, politik luar negerinya tidaklah
didasarkan pada konsep tersebut. Politik Cina tidak didasarkan pada
penyebarluasan komunisme ke seluruh dunia. Ini dikarenakan fakta bahwa
bangsa Cina mencukupkan diri dengan pengaruhnya di sekitar Asia saja.
Sepanjang sejarah bangsa Cina, mereka tidak pernah berambisi untuk
mempunyai pengaruh yang mendunia. Mengingat kenyataan bangsa Cina
inilah, Cina tidak pernah berusaha sedikit pun untuk menyiapkan diri
dan kekuatannya agar mempunyai kedudukan yang berpengaruh dalam politik
internasional. Setiap aktivitas politik Cina tetap terfokus pada
perwujudan pengaruh regionalnya di antara negara-negara tetangganya.

Adapun Blok Barat, konsep yang mendasari politiknya adalah penyebaran ideologi kapitalisme; yakni pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme) ke
seluruh dunia. Meskipun ada banyak negara yang menganut ideologi
kapitalisme dan ada perbedaan di antara mereka, tapi semuanya bermaksud
menyebarkan kepemimpinan ideologi kapitalisme di dunia dan menjadikan
pandangan hidupnya sebagai pemikiran yang memimpin dunia.

Adapun metode yang dijalankan oleh Blok Barat untuk mengimplementasikan konsepnya, adalah dengan penjajahan (imperialisme), yaitu pemaksaaan
dominasi politik, militer, budaya, dan ekonomi atas bangsa-bangsa yang
dikuasai untuk dieksploitasi. Metode ini --yaitu penjajahan-- bersifat
tetap dan tidak berubah-ubah meskipun terjadi perubahan rejim-rejim
kekekuasaan dan pergantian undang-undang. Penjajahan itu bukanlah
seperti kata Lenin, yakni "tahapan tertinggi di antara tahapan-tahapan
kapitalisme", melainkan bagian integral dari pandangan hidup
kapitalisme. Penjajahan adalah metode yang telah menyebabkan
kapitalisme tersebar luas pada berbagai bangsa dan umat.

Maka dari itu, politik luar negeri Blok Barat bersifat permanen dalam konsep dan metodenya. Ia tidak berubah mengikuti perubahan negara dan
persaingan antarnegara. Maka, Inggris sama saja dengan AS, Perancis,
Italia, dan negara mana pun dari negara-negara kapitalis. Asas
politiknya adalah penyebarluasan ideologi dan pandangan hidup
kapitalis, dengan jalan penjajahan atas berbagai bangsa dan umat.

Perlu diperhatikan ketika kita memahami metode Blok Barat, bahwa metode ini, meskipun bersifat tetap dari segi faktanya (penjajahan), tapi cara-cara
untuk mewujudkan penjajahan dan pandangan terhadapnya telah mengalami
sedikit perkembangan di kalangan Blok Barat. Perkembangan yang
dimaksud, adalah dari segi keterkaitan penjajahan (sebagai metode)
dengan kapitalisme (sebagai konsep) yang berkembang sesuai zaman. Di
antara perkembangannya adalah perubahan cara penjajahan dan perbedaan
dalam memandang penjajahan.

Mengenai perubahan cara penjajahan, telah dikenal apa yang dinamakan "penjajahan lama" yang terpusat pada dominasi militer. Kemudian berkembang menjadi
apa yang dinamakan "penjajahan baru" yang bertumpu pada hal-hal lain.
AS bertumpu pada aspek ekonomi semisal utang luar negeri dan apa yang
dinamakan "rencana pembangunan", para ahli (expert), dan
lain-lain, di samping tekanan politik dan embargo-embargo. Kemudian di
samping cara-cara tadi, AS kembali pada cara dominasi militer atas
berbagai bangsa dan umat untuk menundukkan mereka di bawah pengaruh dan
kehendak AS. AS kembali berambisi membangun pangkalan-pangkalan militer
di negara-negara jajahannya untuk menjaga pengaruhnya di negara-negara
jajahannya itu.

Sementara Inggris bertumpu pada perekrutan orang-orang yang akan menjadi agen-agennya, juga bertumpu pada agen-agen intelijen Inggris, para
penguasa negeri-negeri yang menjadi agen-agennya, dan
perjanjian-perjanjian dagang yang tidak jelas (ambigu). Inggris tidak
mampu lagi mengandalkan pemberian utang luar negeri karena kondisi
ekonominya yang lemah. Demikian pula Inggris tidak mampu mengandalkan
pangkalan-pangkalan militer karena pengaruh internasionalnya yang
lemah, meskipun Inggris terus bergantung pada pasukan-pasukan penjaga
dan pangkalan-pangkalan militer di negara-negara jajahannya seperti
halnya di Siprus atau di dekat negara-negara jajahannya. Dengan
demikian, perubahan cara penjajahan adalah karakter yang selalu melekat
pada penjajahan.

Adapun perbedaan cara pandang terhadap penjajahan, maka keterkaitan penjajahan (sebagai metode) dengan kapitalisme (sebagai konsep) berkisar di antara
dua fakta berikut. Pertama, kuatnya keterkaitan ini, yaitu
penjajahan hanya menjadi metode untuk menyebarkan kapitalisme. Berarti
fokus perhatian utamanya adalah penyebaran kapitalisme. Kedua,
lemahnya keterkaitan ini, yakni fokus perhatian utamanya adalah
penjajahan itu sendiri. Sedang fokus perhatian kedua adalah penyebaran
kapitalisme. Jadi seakan-akan penjajahan lebih dekat sebagai tujuan
daripada sebagai metode.

Kuat lemahnya keterkaitan ini bergantung pada keadaan negeri-negeri yang hendak didominasi oleh negara-negara kapitalis. Maksudnya, apakah
negeri-negeri itu mempunyai peradaban yang hendak diperangi oleh
negara-negara kapitalis dan perlu dimasuki peradaban kapitalisme yang
rusak agar mudah didominasi dan dirampok kekayaan alamnya? Ataukah
negeri-negeri itu kosong melompong tanpa ada peradaban di dalamnya yang
perlu diperangi, sehingga hanya perlu dijajah, dirampas kekayaannya,
dan didominasi? Inilah yang dapat menjelaskan mengapa konflik
negara-negara Barat dalam penjajahannya di Afrika mengambil cara
eksploitasi dan hampir-hampir penyebaran kapitalisme tidak terlihat
wujudnya. Perang saudara di Uganda dan Ruwanda telah berlangsung
bertahun-tahun serta telah memakan ribuan korban jiwa. Demikian pula
peristiwa-peristiwa di Zaire (Kongo Demokratik) tidak menampakkan
apa-apa kecuali kerakusan materi dan konflik perebutan pengaruh antara
Eropa dan AS. Inggris dan sekutu-sekutu Eropanya, demikian juga AS,
tidak menaruh perhatian pada apa pun di Afrika, kecuali
keuntungan-keuntungan material. Oleh karena itu, penjajahan di Afrika
lebih dekat sebagai tujuan daripada sebagai metode.

Adapun di Dunia Islam, di Timur Tengah dan Afrika Utara, atau di Asia Tengah dan Asia Tenggara, maka negara-negara penjajah --di bawah pimpinan AS-
di samping memaksakan dominasi politik, militer, dan ekonomi di Dunia
Islam untuk mengeksploitasi manfaat-manfaat materialnya, juga berupaya
untuk menyebarkan kapitalisme pada banyak bidang. Misalnya perhatian
negara-negara penjajah terhadap konferensi-konferensi seperti
"konferensi feminisme" dan "kesetaraan gender". Demikian pula adanya
rencana AS untuk Timur Tengah, pemaksaan dominasi budaya pada apa yang
dikenal dengan "membangun kembali kepercayaan", "dialog antar agama",
"titik temu peradaban", dan upaya serius mengubah atau mengganti
kurikulum pendidikan untuk memutuskan keterikatan kaum muslimin dengan
peradaban dan budaya mereka. Jadi metode dalam kapitalisme telah
berkembang sesuai zaman. Meski demikian, penjajahan adalah hal mendasar
dalam kapitalisme, baik sebagai metode penyebaran kapitalisme maupun
sebagai metode yang lebih dekat kepada tujuan (BERSAMBUNG).

No comments: